MAKALAH
KECAKAPAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Mata kuliah: Komunikasi Pendidikan
Dosen: Joko Kiswanto S.Pd.I
DISUSUN OLEH:
·
SARMIYATI (20110720154)
·
WAHYU NURHAYATI (20100720155)
·
AZIS
MUNAHAR (20100720152)
·
SAFAR FAHRUDIN (20100720128)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Siswa
dalam perkembangannya mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berkomunikasi
dan keinginan untuk mempunyai
banyak teman, namun kadang-kadang untuk
membangun hubungan antar teman itu sendiri tidak mudah, seseorang harus
memiliki penerimaan diri yang baik agar tercipta suatu hubungan yang baik dan
sehat.
Komunikasi
interpersonal mempunyai dampak yang cukup besar bagi kehidupan siswa. Penelitian
Vance Packard (1974), bila seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang
lain ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, ‘dingin’ sakit fisik dan
mental, dan mengalami ‘flight syndrome’ (ingin melarikan diri dari
lingkungannya)”. Siswa yang memiliki kesulitan dalam melakukan
komunikasi interpersoanl menurut Tedjasaputra (2005) akan sulit menyesuaikan
diri, seringkali marah, cenderung memaksakan kehendak, egois dan mau menang sendiri
sehingga mudah terlibat dalam perselisihan. Keterampilan komunikasi
interpersonal pada siswa ini menjadi sangat penting karena dalam bergaul
dengan teman sebayanya siswa seringkali dihadapkan dengan hal-hal yang
membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa
disertai emosi, marah atau sikap kasar, bahkan siswa harus bisa mencoba
menetralisasi keadaan apabila terjadi suatu konflik. Bahkan suatu studi
menyimpulkan bahwa kelemahan berkomunikasi akan menghambat personal seseorang
(Slamet :2005).
Perkembangan remaja terjadi dalam konteks
sosial yang meliputi keluarga, kelompok teman sebaya dan masyarakat tempat siswa itu
hidup. Maka dalam proses perkembangannya remaja akan selalu bersinggungan
dengan situasi-situasi sosial yang tentu saja mengharuskan remaja untuk
melakukan penyesuaian diri, dengan melakukan penyesuaian diri remaja dapat
mengenal, memahami dan menerima sirinya sendiri serta lingkungan.
Kesulitan
siswa dalam menyesuaikan diri sering dijumpai di sekolah yang ditampilkan dalam
bentuk perilaku, seperti rendah
diri, agresivitas, mencari rasa aman pada berbagai bentuk mekanisme
pertahanan diri (seperti rasionalisasi, proyeksi, egosentris dan sebagainnya),
melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi, tidak melaksanakan tugas
sekolah, mengisolasi diri dan sulit bekerja sama dalam situasi kelompok,
seringkali permasalahan yang biasa dan dianggap wajar terjadi disekolah-sekolah.
Dari
uraian diatas maka dapat kita ketahui bahwa kecakapan komunikasi interpersonal
sangat penting untuk dimiliki oleh para peserta didik namun bukan saja siswa
atau peserta didik yang hendaknya memiliki kecakapan tersebut melainkan juga
guru. Sebab proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dan murid
bukan hanya murid dengan murid atau guru dengan guru tetapi guru dengan murid.
Sehingga keduanya mesti memiliki kecakapan
komunikasi interpersonal sehingga dapat mengkomunikasikan segala sesuatu
terkait dalam proses belajar mengajar dapat tersampaikan dan diterima dengan
baik.
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dalam tugas
kelompok membuat makalah yang bertemakan komunikasi interpersonal ini kami
mengambil judul “Kecakapan Komunikasi Interpersonal Dalam Proses Belajar
Mengajar.” Maksud kami mengambil judul tersebut adalah supaya kita dapat mengetahui apa yang
dimaksud dengan komunikasi interpersonal dalam
proses belajar mengajar yang meliputi kecakapan yang harus dimiliki guru
dan peserta didik sehingga proses belajar mengajar berjalan secara aktif,
efektif dan efisien.
B.
Rumusan masalah
1.
Apakah itu
kecakapan ?
2.
Apakah itu
komunikasi interpersonal?
3.
Seperti apakah
kecakapan komunikasi interpersonal dalam proses belajar mengajar?
4. Apa tujuan dari komunikasi interpersonal
dalam proses belajar mengajar?
5. Apa sajakah hambatan komunikasi interpersonal dalam proses
belajar mengajar?
6. Bagaimanakah komunikasi interpersonal yang
efektif dalam proses belajar mengajar?
C.
Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar, setelah membaca makalah ini
seseorang
1.
Dapat mengetahui
kemudian memahami pengertian kecakapan komunikasi
interpersonal dalam proses belajar mengajar.
2.
Dapat
menunjukkan kecakapan dalam berkomunikasi secara interpersonal dalam proses
belajar mengajar.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kecakapan
Kecakapan berasal
dari akar kata cakap yang mendapat awalan
ke-… dan mendapat akhiran …-an. Cakap¹ berarti mampu, sanggup, melakukan
sesuatu, pintar, pandai, mahir, sedangkan cakap² juga dapat berarti bicara atau omong. Sehingga kecakapan
berarti suatu kemampuan atau kesanggupan atau kepandaian atau kemahiran dalam
melakukan atau mengerjakan sesuatu hal. Dalam hal ini, kecakapan tersebut harus dimiliki
oleh guru dan peserta didik dimana dalam proses belajar mengajar terjadi
interaksi antara guru dan murid.
B.
Pengertian
komunikasi interpersonal
Komunikasi
interpersonal merupakan suatu jenis komunikasi berdasarkan pada interaksi yang
dilakukan. Komunikasi interpersonal berasal dari dua kata yaitu komunikasi dan
interpersonal. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris , Communication
berasal dari kata latin Communocatio dan bersumber dari
kata Communis
yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Komunikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) merupakan pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Hovland (Onong, 1999:10) mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (Communication Is The Process To
Modify The Behavior Of Other Individuals). Kata interpersonal dalam bahasa inggris berarti antar perseorangan. Secara
sederhana maka komunikasi interpersonal dapat kita definisikan sebagai pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan tujuan tertentu antar
perseorangan.
Sedangkan
yang dimaksud komunikasi interpersonal menurut para ahli yaitu:
1. Komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya
(dua orang) yang dapat langsung diketahui balikannya (Muhammad, 2005,
p.158-159).
2. Menurut Devito (1989), komunikasi
interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan
oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).
3. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua
sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73).
4. Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi
jenis ini dianggap paling efektif
dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi
dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif
atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto,2003,P.13).
Dari
beberapa pengertian diatas maka dapat kita pahami bahwa komunikasi
interpersonal merupakan suatu komunikasi dari seseorang (komunikator) dengan
seseorang yang lain (komunikan) dalam suatu interaksi langsung, dan akan
memberikan balikan secara langsung pula baik bertujuan untuk memberikan
informasi, pendapat, sikap, pengubahan perilaku dalam bentuk verbal maupun non
verbal. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian
pesan dari seseorang kepada orang lain, ini berarti komunikasi dikaitkan
dengan pertukaran pesan atau informasi yang bermakna di antara orang
yang berkomunikasi dapat terjalin. Ini berarti informasi atau pesan yang
diterima dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Pengiriman informasi atau pesan
merupakan unsur yang paling penting dalam komunikasi interpersonal, karena
dapat memberikan umpan balik kepada pengirim informasi atau pesan, betapa
pentingnya umpan balik tidak dapat disangkal lagi, karena keefektifan
komunikasi interpersonal sangat tergantung padanya.
C.
Komunikasi
interpersonal dalam proses belajar mengajar
Komunikasi interpersonal memiliki
klasifikasi tertentu, diantaranya menurut Redding yang dikutip Muhammad (2004,
p. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi
interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
1.
Interaksi intim
termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, guru dengan murid dan
orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
2.
Percakapan
sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe
komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam
organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang
perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain
sebagainya.
3.
Interogasi atau
pemeriksaan adalah interaksi antara
seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya
seorang siswa ketahuan menyontek ketika
ujian, maka guru akan menginterogasinya
untuk mengetahui kebenarannya sebelum memberikan hukuman/sanksi atas
pelanggaran yang mungkin dilakukan
4.
Wawancara
adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat
dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya guru yang mewawancarai murid
untuk mencari informasi mengenai pekerjaan
rumahnya.
Berdasarkan klasifikasi komunikasi interpersonal diatas,
maka proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dan murid secara tidak langsung merupakan suatu komunikasi
interpersonal sebab didalamnya terjadi
interaksi (komunikasi timbal balik) antara guru dan murid. Proses
belajar mengajar didalamnya terdapat interaksi intim baik antara guru dengan
murid (keakraban) ataupun antara murid dengan murid (sebaya), sebab tidak
mungkin proses belajar mengajar akan berjalan efektif jika tidak ada interaksi
intim misalkan guru dan murid tidak ada
komunikasi atau katakanlah tegur sapa maka proses belajar mengajar akan terganggu.
Dalam proses belajara mengajar sudah pasti terdapat percakapan social, kadang-kadang terjaid suatu
interogasi maupun semacam wawancara, meskipun secara tidak langsung
disebut dengan interogasi atau wawancara secara khusus.
Artinya ketika
guru memberikan suatu pertanyaan kepada seorang siswa atau lebih mengenai
alasan mengapa tidak masuk sekolah maka hal itu termasuk suatu bentuk
komunikasi interpersonal, begitu pula ketika guru mengajar dikelas maka
terjadilah komunikasi interpersonal dan bentuk-bentuk komunikasi lain yang
serupa dalam suatu proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi
interpersonal dalam proses belajar mengajar.
D.
Tujuan
komunikasi interpersonal dalam proses belajar mengajar
Komunikasi
interpersonal memiliki beberapa tujuan, baik disadari atau tidak, tujuan tersebut pasti terdapat di
saat komunikasi interpersonal dalam proses belajar mengajar itu terjadi. Adapun
tujuan komunikasi interpersonal menurut Armi Muhammad (2002 : 165)
mencakup berikut : Menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan
menjaga hubungan yang penuh arti, berubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain
dan kesenangan, untuk membantu. Lebih lanjut tujuan-tujuan komunikasi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Menemukan
diri sendiri
Tujuan
komunikasi interpersonal ini maksudnya diarahkan untuk menemukan personal atau pribadi,
artinya jika kita terlihat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita
belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain, kenyataan sebagaian
besar dari persepsi kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dalam
pertemuan interpersonal.komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada
kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita.
b. Menekan
dunia luar
Tujuan
komunikasi interpersonal ini memandang bahwa melalui komunikasi ini kita akan
melakukan interaksi dengan dunia luar atau lingkungan. Hal ini menjadikan kita
memahami lebih baik dunia luar, dengan objek, kejadian-kejadian dan orang lain.
Kondisi tersebut menyebabkan kenyataan, kepercayaan, sikap dan
nilai-nilai kita akan dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal.
c. Membentuk
dan menjaga hubungan penuh arti
Melalui
komunikasi interpersonal ini akan membentuk dan memelihara hubungan dengan
orang lain. Melalui komunikasi interpersonal ini akan terbentuk suatu jalinan
yang didasarkan karena perasaan keterkaitan antara pihak yang melakukan
komunikasi . Hal ini baik untuk menjalin suatu proses kerja sama dengan
mencapai tujuan bersama seperti dalam proses belajar mengajar.
d. Berubah
sikap dan tingkah laku
Komunikasi
interpersonal juga memberikan tujuan sebagai alat untuk dapat pihak lain
sehingga dapat merubah hidup kita. Karena ternyata untuk mengubah sikap dan
tingkah laku kita atau orang lain dapat dilakukan dengan pertemuan
interpersonal. Proses belajar mengajar juga
bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku peserta didik lebih
berkualitas.
e. Bermain
dan kesenangan
Komunikasi
interpersonal juga dapat digunakan untuk bermain, mencakup semua aktifitas yang
mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenagan. Berbicara dengan teman
mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olah raga,
menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan
pembicaraan yang dapat memberikan kesenangan. Walaupun kelihatannya kegiatan
itu tidak berarti tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan
melakukan komunikasi interpersonal semacam itu tidak berarti tetapi mempunyai
tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan
keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua
keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk
membantu
Tujuan
ini menganggap bahwa komunikasi interpersonal dapat digunakan dalam kegiatan
profesional guru untuk membantu murid yang menemui kesulitan-kesulitan dalam
pekerjaan atau belajar.
Tujuan –tujuan
komunikasi interpersonal dapat dilihat dari dua perspektif yang lain. Pertama , tujuan ini boleh
dilihat sebagai faktor yang memotivasi atau alasan mengapa kita terlihat dalam
komunikasi interpersonal. Kedua,
tujuan ini boleh dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi
interpersonal yang berasal dari pertemuan interpersonal.
Berdasarkan itu kita dapat mengatakan bahwa tujuan
komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri,
membentuk hubungan yang lebih berarti dan memperoleh tambahan pengetahuan dunia
luar. Tentu saja komunikasi interpersonal biasanya dimotivasi oleh kombinasi
oleh bermacam-macam faktor dan tidaklah mempunyai satu efek, tetapi kombinasi
berbagai efek atau hasil. Misalnya diberikan suatu interaksi interpersonal,
diberikan beberapa tujuan, dimotivasi oleh kombinasi berbagai faktor yang unik
dan menghasilkan kombinasi berbagai faktor yang unik dan menghasilkan kombinasi
faktor-faktor atau efek yang unik.
Sementara
itu menurut De Vito (Thoha, 2002 : 166) mengemukakan
tujuan komunikasi interpersonal sebagai berikut :
1.
Untuk
mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai obyek, peristiwa dan
orang lain.
2.
Untuk
memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban
3.
Untuk
mempengaruhi sikap-sikap dan perilaku orang
4.
Untuk menghibur
diri atau bermain
Sehingga, tujuan komunikasi interpersonal dalam proses belajar
mengajar adalah untuk menemukan jati diri peserta didik, memelihara hubungan
baik atau keakraban antara guru dan murid sehingga terjalin komunikasi yang
efektif agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan aktif, efektif,
efisien dan menyenangkan tanpa mengurangi muatan/ essensi proses belajar itu
sendiri.
E.
Hambatan
komunikasi interpersonal dalam proses belajar mengajar
a.
Interaksi
Adanya
aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia mempunyai
naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya (disebut gregariousness).
Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan hidup
manusia, disamping kebutuhan akan; afeksi (kebutuhan akan kasih sayang),
inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan).
Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk
melakukan interaksi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama (cooperation)
maupun untuk melakukan persaingan (competition). Kata interaksi berasal
dari Bahasa Inggris interaction artinya suatu tindakan yang berbalasan,
dengan kata lain suatu proses hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi.
Begitu pula yang terjadi dalam proses belajar mengajar, interaksi antara guru dan peserta didik maupun antara
murid dengan murid berlangsung selama proses belajar mengajar itu terjadi.
Menurut
Kimball Young dan Raymond W. Mack dalam buku Sociology ang Social Life
menyatakan bahwa : “Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial,
oleh karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi antar manusia dimaksud adalah :
a)
kelompok interaksi antara individu dengan individu,
b)
interaksi antara individu dengan kelompok, dan
c)
interaksi antara dengan kelompok.
Hasil dari pada interaksi sosial ada dua sifat
kemungkinan :
• Bersifat positif :
suatu interaksi yang mengarah kerjasama dan menguntungkan.
• Bersifat negatif :
suatu interaksi yang mengarah pada suatu pertentangan yang berakibat buruk atau
merugikan.
Berdasarkan hasil interaksi yang negatif tersebut di
atas maka itulah yang menjadi hambatan dalam proses komunikasi interpersonal.
dalam situasi pertentangan komunikasi interpersonal tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, kalau pun dipaksakan dilaksanakan
pasti kegiatan komunikasi
interpersonal efeknya tidak akan berhasil. Demikian juga yang terjadi
dalam proses belajar mengajar jika yang dihasilkan oleh interaksi dalam proses
belajar mengajar negatif maka komunikasi interpersonal yang akan terjalin tidak efektif.
b.
Kultur
Istilah kultur merupakan
penyebutan terhadap istilah budaya. Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan kultur akan mengundang
perbedaan persepsi terhadap isi pesan sehingga efek yang diharapkan akan sukar
timbul. Menyampaikan pesan verbal pada
orang yang berlainan kultur tentu saja akan banyak perbedaan dalam bahasa
sehingga dalam proses kegiatan komunikasi interpersonal tersebut selain
hambatan dalam bahasa juga terdapat hambatan semantic, yaitu perbedaan
peristilahan dalam masing-masing bahasa.
Menyampaikan
pesan verbal pada orang yang berlainan kultur disertai penekanan pesan dengan
pesan non-verbal mungkin akan mengundang penafsiran berbeda hingga tujuan penyampaian
pesan tidak akan tersampaikan. Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan
kultur jika bertentangan dengan adat-kebisaannya, norma-normanya maka akan
terjadi penolakan komunikasi interpersonal.
Begitu
pula dalam proses belajar mengajar, terkadang dalam satu kelas atau satu proses terdapat berbagai macam adat/norma dari para
siswa yang disebabkan perbedaan daerah asal dimana Indonesia merupakan bangsa
yang besar dan kaya dengan adat budaya meskipun kita bersemboyankan Bhinneka
Tunggal Ika namun terkadang perbedaan
budaya tersebut masih menyebabkan suatu ketidak cocokan.
c. Pengalaman
(experience)
Pengalaman
atau experience adalah sejumlah memori yang dimiliki individu sepanjang perjalanan
hidupnya. Pengalaman masing-masing individu akan berbeda-beda tidak akan persis
sama, bahkan pasangan anak kembar pun yang dibesarkan sama-sama dalam lingungan keluarga yang sama
pengalamannya tidak akan persis sama
bahkan mungkin akan berbeda.
Perbedaan
pengalaman antara individu (bahkan antar anak kembar) ini bermula dari
perbedaan persepsi masing-masing tentang sesuatu hal. Selain itu perbedaan
kognitif satu orang dengan lainnya juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
dalam mengadakan persepsi sesuai pengalamannya masing-masing.
Sehingga
perbedaan pengalaman akan menghambat komunikasi interpersonal sebab
dimungkinkan pesan tidak tersampaikan dengan baik atau mungkin juga pesan tidak
dapat diterima dengan baik. Hal itu pun mungkin sekali terjadi dalam proses
belajar mengajar, sangat memungkinkan terdapat perbedaan pengalaman antar satu
dengan yang lain, sehingga komunikasi interpersonal tidak akan efektif.
F.
Efektivitas
komunikasi interpersonal dalam prose belajar mengajar
Komunikasi
interpersonal yang efektif hendaknya mencakup lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu
keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness),
sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) (Devito, 1997,
p.259-264).
1.
Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang
efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua
mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran
(Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal).
2.
Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati
sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang
lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu.” Orang yang empatik mampu memahami motivasi
dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan
keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
3.
Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya
dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan
sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan,
bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4.
Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap
diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi
pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
5.
Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan, salah
seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih
atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara
dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal
akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam
suatu hubungan interpersonal yang di tandai olehkesetaraan, tidak - sependapat
dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti
ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut
istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan
positif tak bersyarat” kepada orang lain.
Sedangkan
menurut Mohammad Surya (2003 :119) penerapan
komunikasi interpersonal yang efektif adalah sebagai berikut :
1.
Keterbukaan dan
empati, keterbukaan yaitu kesediaan membuka diri, mereaksi kepada orang
lain, merasakan pikiran dan perasaan orang lain dan empati, yaitu menghayati
perasaan orang lain.
2.
Mendukung dan
bersikap positif, mendukung yaitu kesediaan secara spontan untuk menciftakan
suasana yang mendukung dan sikap positif , yaitu menyatakan sikap positif
terhadap orang lain dan situasi.
3.
Keseimbangan,
yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama,
pertukaran komunikasi secara seimbang.
4. Percaya diri, yaitu yakin kepada diri
sendiri dan bebas dari masa lalu.
5.
Kesegaran,
yaitu segera melakukan kontak disertai rasa suka dan berminat.
6.
Manajemen
interaksi, yaitu mengendalikan interaksi untuk memberikan kepuasan kepada kedua
belah pihak, mengelola pembicaraan dengan pesan-pesan yang baik dan konsisten.
7. Pengungkapan, yaitu keterlibatan secara
jujur dalam berbicara dan menyimak baik secara verbal maupun non verbal.
8. Orientasi kepada orang lain, yaitu penuh
perhatian, minat, dan kepeulian kepada orang lain.
Karakteristik umpan balik komunikasi interpersonal
Pengirim
informasi atau pesan merupakan unsur yang paling penting dalam komunikasi
interpersonal, karena dapat memberikan umpan balik kepada pengirim informasi
atau pesan . betapa pentingnya umpan balik tidak dapat disangkal lagi, karena
keefektifan komunikasi interpersonal sangat tergantung padanya. Adapun
karakteristik umpan balik efektif menurut Miftah Thoha (2002:156) antara lain :
1. Intensi:
umpan balik yang efektif jika diarahkan secara langsung untuk menyempurkan
pelaksanaan pekerjaan dan lebih menjadikan pegawai organisasi yang paling
berharga.
2. Kekhususan
specificity: umpan balik yang efektif dirancang untuk membekali penerimaan
dengan informasi yang khusus sehingga mereka mengetahui apa yang
seharusnya dikerjakan untuk suatu situasi yang benar.
3. Deskriftif:
efektifitas umpan balik dapat pula dilakukan dengan lebih bersifat
deskriptif dibandingkan dengan yang bersifat evaluatif.
4. Kemanfaatan:
karakteristik ini meminta agar setiap umpan balik mengandung informasi yang
dapat dipergunakan oleh guru untuk murid untuk memperbaiki dan menyempurkan
pekerjaan. Tidak ada manfaatnya mencari umpan balik diberikan semakin baik.
5. Tepat waktu:
umpan balik yang efektif jika terdapat pertimbangan-pertimbangan yang
memperhitungkan faktor waktu yang tepat. Artinya semakin cepat umpan balik
diberikan semakin baik.
6. Kesiapan:
agar umpan balik bisa efektif, para siswa ataupun guru hendaknya mempunyai
kesiapan untuk menerima umpan balik tersebut.
7. Kejelasan:
umpan balik bisa efektif jika dapat
dimengerti secara jelas oleh penerima
8. Validitas:
Agar umpan balik dapat efektif, maka umpan balik tersebut hendaknya dapat
dipercaya dan sah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
memahami makalah diatas maka kami menarik kesimpulan bahwa:
1.
Kecakapan merupakan suatu kemampuan individu
dalam melakukan sesuatu hal tertentu, dalam artian yang lain yaitu suatu keahlian khusus
yang lebih mengenai suatu perkara.
2.
Kecakapan interpersonal merupakan suatu
proses penyampaian pesan (yang bermakna) dari seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan) secara langsung untuk dapat segera mendapatkan
balikan/respon.
3.
Komunikasi interpersonal dalam proses belajar
mengajar adalah segala sesuatu yang dikomunikasikan secara langsung untuk
segera mendapatkan balikan/respon baik dari guru kepada murid atau dari murid
kepada guru ataupun dari murid kepada murid yang lain dalam proses belajar
mengajar.
4.
Tujuan komunikasi interpersonal dalam proses
belajar mengajar adalah untuk mendapatkan balikan secara langsung, baik berupa
perubahan sikap, pernyataan mengenai pendapat, minat ataupun pengungkapan yang
lain agar proses belajar mengajar berlangsung dengan baik dalam suasana yang
menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai pula dengan baik.
Sebab suatu pembelajaran tidak akan tercapai atau terlaksana dalam situasi yang
tegang/tertekan.
5.
Hambatan komunikasi interpersonal dalam proses
belajar mengajar diantaranya pertama interaksi, jika interaksi yang
terjalin positif maka komunikasi interpersonal efektif dan jika interaksi yang terjalin hasilnya negative atau mengarah pada pertentaangan maka sebaliknya. Kedua, kultur
atau budaya, perbedaan budaya/kultur akan mengakibatkan perbedaan persepsi
maupun penafsiran yang berbeda sehingga pesan tidak tersampaikan ataupun
diterima dengan baik. Ketiga , pengalaman yang berbeda juga menghambat
komunikasi interpersonal sebab pengalaman ini juga akan mempengaruhi keampuan
kognitif seseorang dalam menafsirkan
sesuatu (pesan) yang disampaikan (komunikator)/diterima (komunikan).
6.
Efektivitas komunikasi interpersonal dalam
proses belajar mengajar merupakan serangkaian kondisi ataupun sikap yang harus
kita tunjukkan agar komunikasi yang dilakukan menjadi efektif dalam artian
dapat diterima kemudian ada balikan dari penerima pesan kepada pengirim.
SUMBER BACAAN
hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi
interpersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius
naim, Ngainun. 2011. Dasar-dasar komunikasi
pendidikan. Yogyakarta: Aruzz Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar